jalan-gratis

29 September 2012

Bisnis Ini Tidak Cocok Untukku...


Banyak saya lihat teman-teman yang 'kehabisan nafas' di bisnis Oriflame bersama d'BC Network yang saya geluti ini lalu memutuskan untuk berhenti, entah sementara (niat awalnya) atau bener-bener quit, ga mau lagi :) Rata-rata yang quit tersebut kemudian mengatakan bahwa "Bisnis ini tidak cocok untukku.." Benarkah?

Biasanya, setelah saya perhatikan.. mereka yang quit itu justru mereka yang sebetulnya punya IMPIAN.. ga main-main, seringkali impiannya adalah impian yang besar dan mulia. Mulai dari membantu orangtua, demi anak-anak, ada yang ingin resign katanya dan menemani anak di rumah...tapi mengapa berhenti? Apa impiannya tersebut sudah berubah?

Selidik punya selidik, saya perhatikan, sebetulnya mereka ini tidak benar-benar berhenti bermimpi. Banyak di antaranya 'mengalihkan' impiannya ke media lain, bukan Oriflame. Dan 90% di antaranya adalah mereka yang sebelumnya memang sudah memiliki usaha sendiri, baik besar maupun kecil. Atau, justru baru memulai usaha ketika berhenti Oriflame-an.



Saya pribadi, menyerahkan keputusan itu kepada teman-teman masing-masing. Bukankah hidup ini adalah hidup kita sendiri? Andalah yang berhak memutuskannya, bukan saya, bukan oranglain. My life is my responsibility.

Namun, ada baiknya kita coba memandang dari beberapa sudut pandang. Salah satunya adalah sharing berikut ini, dari pak presiden TDA, salah satu komunitas bisnis yang saya ikuti. Tulisan ini beliau posting di milis pagi tadi. Silakan disimak yaa :)

============

Kenapa Sih Berkutat di Sektor Riil Terus ?

Ditengah kegalauan strategic, saya bersilaturrahmi kesana-kemari mencari kawan-kawan yang bisa memberikan pencerahan strategic, terutama aspek pengembangan usaha, strategi finansial, dan permasalahan legal. Sampailah saya kepada teman sealumni, yang dari dulu saya kenal sebagai teman yang merintis di industri keuangan, yang sekarang begitu mastery di dunia persilatan permainan keuangan global, sebagai kapitalis sejati. Inilah serpihan cerita ringan-nya.

“Caramu menghasilkan uang itu cara yang paling susah, paling menderita. Kenapa sih kamu masih berkutat di sektor riil terus ?” itulah kalimat pembuka setelah saya menceritakan bisnis saya.

Sektor riil akan terus dibawah tekanan sektor tidak riil, sektor keuangan. Bayangkan saja, setiap tahun, mau ngga mau, suka ngga suka bisnismu harus tumbuh. Ngga percaya, ayo kita hitung yang basic cara goblok-goblokan.

Aspek Nilai Uang dan Inflansi

Uang ngganggur 100juta, kamu depositokan akan dapat bunga 5% (5 jt) setahun, potong pajak bunga 20% jadinya cuman dapet setara 4% (4 jt). Ini habis dimakan inflansi tahunan Indonesia yang 5%, bahkan minus 1%.

Analoginya, setiap perputaran 100juta modal dalam bisnismu, target net profitmu setahun ya harus diatas 5%, diatas inflansi. Padahal net profit rata-rata di industrimu (sektor ritel) itu hanya 5%. Kalau kamu hanya memutar modal 1 kali, omsetmu hanya 100jt setahun. Kalau mutar 5 kali, omsetmu 500jt setahun. Kamu baru aman jika bisa memutar omsetmu 10 kali, 1 M setahun dengan net profit 50jt (net profit setara 50% modalmu). Tapi jangan merasa hebat punya net profit 50%, ini baru sengsara pertama, karena sengsara kedua menunggumu, efek domino inflansi.


Efek Domino Inflansi

Inflansi tidak hanya berdampak pada nilai uangmu, tapi efek dominonya lebih dahsyat. Ini sengsara kedua. Coba hitung Harga Pokok pembelian (HPP) barang-barang daganganmu. Kamu tahun lalu bisa beli barang dagangan dengan harga pokok 100ribu per barang. Tapi dengan gejolak bahan baku dan efek domino, harga pokok tahun ini menjadi 120ribu (naik 20%), karena produsen dihantam kenaikan bahan baku, biaya produksi, dll. 100 juta modalmu tahun lalu bisa dapet 1000 pcs barang, tahun ini hanya dapat 800an pcs barang. Padahal banyak sedikitnya barang mempengaruhi potensi sales. Makin sedikit barang, potensial sales lostnya makin tinggi. So, modal dasarmu harus naik. Net profit harus kamu tambahkan sebesar 20juta sebagai modal ditahan. Sehingga kamu bisa putar 120 juta dengan tetap 1000 barang. Ini wajib untuk bisa menjaga pertumbuhan.

Itu baru masalah barang dagangan, belum biaya lain seperti biaya ATK, biaya komunikasi, perlengkapan lain, yang semestinya harganya naik minim 5% pertahun. So, net profitmu pasti akan berkurang, karena kamu harus menahannya lagi sebagai Cadangan Modal. Ayo lanjut sengsara ketiga.

Biaya Karyawan

Gaji Karyawan itu harus naik 5% per tahun, karena kalau tidak, kamu membunuh karyawanmu perlahan. Makanya UMR pasti naik terus. Biaya Karyawan tetap menjadi komponen biaya terbesar di banyak bisnis. Daya beli karyawan kalau tidak naik gaji, abis dimakan kenaikan harga-harga. Buat kontrakan, makan, transportasi dan pulsa, sudah menghabiskan 80% gaji. Jika di bisnismu karyawan adalah value utama, siap-siap perhitungkan segala aspek motavasionalnya, yang tentunya naik setiap tahun. Ayo lanjut sengsara ke-empat.


Bubble Property

Lihat sekarang, seorang pengacara top jadi kolektor ruko, 200 ruko yang dia punya. Jangan kaget sekarang, deretan ruko baru dibangun sudah habis laku dibeli. Investor property sekarang semua kalangan atas dengan uang tak berseri menguasai property. Benar ceritamu, dulu bisa sewa ruko untuk buka toko bisa 20juta setahun, sekarang minim 50juta setahun paling murah. Bubble harga property sudah mengancam sektor ritel. Hitungan biaya sewa ruang sekarang menjadi komponen biaya terbesar di sektor ritel. So, pertumbuhan bisnismu harus mengikut sertakan hitungan pertumbuhan harga property dan sewanya.


Semua diatas adalah hitung-hitungan akal diatas kertas. Ancaman gejolak sektor riil yang diakibatkan oleh spekulasi di sektor keuangan sebenarnya cerita lama. Tapi makin hari makin menggoyang sektor riil. Harga minyak mentah dunia, beras, gandum, kedelai, gula, CPO, kapas, dll sudah menjadi barang komoditas mainan spekulan global. Dampaknya naik turunnya harga sampai ke kampung-kampung, dan pemerintah seringkali tidak berdaya ….

So, bisnis tumbuh itu wajib, kalau tidak tumbuh, akan otomatis dikoreksi keadaan. Sengsara demi pertumbuhan jadi wajib. Minimal tumbuh sama dengan nilai koreksi yang terjadi.

Kamu mau tau caranya menyelamatkan pertumbuhan bisnismu dari ancaman semua itu ? minggu depan ketemu lagi yaa …. “itu kalimat penutup kawan saya “ …..

Salam Jumat Berkah

Rosihan
www.saqina.com

============

Dalam sudut pandang saya, si ibu rumah tangga ini, yang juga pernah merasakan jatuh bangun membangun usaha sendiri, betul-betul saya bersyukur dan juga menganggap teman-teman sungguh beruntung bertemu dengan Oriflame.

Bagaimanapun, Oriflame adalah perusahaan yang kuat, yang sudah punya SISTEM KERJA dan kita tinggal menjalankannya. Tidak dipusingkan dengan MODAL yang besar untuk memulai usaha, tidak pusing dengan STOK BARANG (yang seringkali numpuk bila tidak laku, dan harus memutar otak 180 derajat untuk mencari solusi supaya barang macet tsb bisa menjadi uang), tidak pusing dengan KARYAWAN, ga perlu bayar gaji.. semuanya, sudah dikerjakan oleh Oriflame.. even bayar pajak pun sudah diurus oleh Oriflame, kita tinggal lapor layaknya karyawan perusahaan :)

Slip bonus pun bisa dijadikan 'slip gaji' untuk memperoleh KPR ataupun KPM layaknya karyawan, walaupun pada kenyataannya kita adalah juga pemilik bisnis kita sendiri, as a business owner. Ga perlu pusing bayar SEWA RUKO/KIOS. Bisa dikerjakan sambil ngurus anak di rumah, atau sambil terus mengerjakan pekerjaan kita di kantor.

Pekerjaan mana yang bisa betul-betul teman-teman WARISKAN kepada anak cucu? Iya, bisnis mandiri memang bisa diwariskan..tapii itupun beresiko karena belum tentu anak cucu kita memiliki kemampuan (atau kemauan) menghandle perusahaan seperti layaknya kita. Resiko Mis-management sangat besar.

Tapi Oriflame?
Jika sungguh-sungguh kita kerjakan 10-15 tahun ke depan saja.. dan lalu kita tinggalkan bisnis ini dengan kondisi bisnis yang sudah kuat, Anda bisa punya bisnis sementara ownernya jalan-jalan :) Iya, beneran jalan-jalan... karena Oriflame sudah menyiapkan tiket untuk kita jalan-jalan gratis tiap tahun ke luar negeri minimal 2x setahun, dan tidak sendirian!

Yukk... think about it WISELY. Pikir jangka panjang........

Semoga bermanfaat.

Go President!
-Fikri Arista-
www.MomNBiz.net

Tidak ada komentar: